Imam Syafi’i adalah seorang ulama besar
yang sulit dicari tandingannya pada zaman itu hingga zaman sekarang.
Selain ilmunya luas dan dalam, amal ibadahnya juga luar biasa.
Namun, imam yang memiliki nama asli
Muhammad bin Idris itu tak pernah membanggakan diri. Apalagi ketika
sakit dan merasa ajal semakin dekat. Ketika itu Al Muzani menemui Imam
Syafi’i.
“Wahai Abu Abdillah, bagaimana kondisimu?” tanya Al Muzani.
“Aku akan pergi meninggalkan dunia,” jawab Imam Syafi’i, “akan meninggalkan saudara-saudaraku, akan bertemu dengan amal burukku, akan kembali kepada Rabbku. Aku tidak tahu apakah ruhku akan ke surga hingga mengucapkan selamat kepadanya. Atau ke neraka hingga aku mengucapkan duka cita padanya”
“Aku akan pergi meninggalkan dunia,” jawab Imam Syafi’i, “akan meninggalkan saudara-saudaraku, akan bertemu dengan amal burukku, akan kembali kepada Rabbku. Aku tidak tahu apakah ruhku akan ke surga hingga mengucapkan selamat kepadanya. Atau ke neraka hingga aku mengucapkan duka cita padanya”
Setelah itu, sambil menangis Imam Syafi’i bersyair:
Ketika hatiku keras dan jalanku sempit
Aku jadikan harapanku tanpa ampunan-Mu berserah
Dosaku sangat besar ketika aku menyertainya
Dengan ampunanMu wahai Tuhanku, ampunan-Mu lebih besar
Engkaulah yang mengampuni segala dosa
Engkau mahabaik dan memaafkan
Aku jadikan harapanku tanpa ampunan-Mu berserah
Dosaku sangat besar ketika aku menyertainya
Dengan ampunanMu wahai Tuhanku, ampunan-Mu lebih besar
Engkaulah yang mengampuni segala dosa
Engkau mahabaik dan memaafkan
Jika Imam Syafi’i saja merasa banyak
dosa, bagaimana dengan kita? Padahal Imam Syafi’i biasa membagi malamnya
menjadi tiga bagian; sepertiga untuk menulis (karenanya lahirlah Al
Umm, Ar Risalah, dan lebih dari 100 kitab lainnya), sepertiga untuk
shalat malam, dan sepertiga untuk tidur.
Jika Imam Syafi’i saja khawatir masuk
neraka, bagaimana dengan kita? Padahal Imam Syafi’i biasa puasa sunnah
dan tilawah. Beliau juga zuhud dan qanaah. Soal kedermawanan, Imam
Syafi’i di zamannya adalah orang yang paling banyak bersedekah.
Imam Syafi’i dikenal hidup sangat
sederhana. Tidak jarang ia kehabisan bekal untuk satu hari itu. Namun
begitu ia memiliki harta, ia segera membagi-bagikannya. Pernah suatu
hari seseorang menyampaikan amanah sekantung uang kepada Imam Syafi’i
yang hendak pergi ke masjid. Tiba-tiba sebelum masuk masjid ada seorang
laki-laki yang menghentikannya. “Tolonglah aku wahai Imam, istriku
hendak melahirkan dan aku tidak memiliki apa-apa,” pintanya dengan suara
mengiba. Maka tanpa pikir panjang, Imam Syafi’i langsung memberikan
kantung berisi uang tersebut kepada laki-laki itu.
Ya Allah… ampuni kami jika selama ini
kami lalai. Ampuni kami yang banyak dosa ini tetapi merasa seperti tak
punya dosa kecuali dosa-dosa kecil yang mudah terampuni. Ampuni kami
jika tak bisa menangis atas banyak dosa yang kami lakukan; siang dan
malam. Atau justru karena terlalu banyak dosa hingga hati kami mengeras
dan tak sanggup mencairkan air mata lagi. Ampuni kami… [Muchlisin
BK/kisahikmah.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar